Minggu, 13 November 2011

Rindu Malam Sunyi

Bismillahirrahmanirrahiim...

Bagi para pejuang, ritme hidupnya tak ada yang sia-sia. kondisi sulit atau bahagia. kondisi lemah atau kuat. selalu ada celah memetik hikmah. pelajaran. Di setiap peristiwa selalu ada yang istimewa. istimewa untuk memetik dan menikmati buah hikmah. Hikmah yang menjadi puzzle pengokohan aqidah. hikmah yang menguji kedalaman ma’rifah.

Bagi para pejuang, berat ringannya ujian selalu menggugah gairah. gairah beramal, berkarya tanpa batas. gairah yang menumbuhkan sikap optimisme. optimis untuk meraih yang terbaik. optimisme yang mampu meledakan segala kehendak yang terpasung kemalasan. tersandera kelalaian.

Bagi para pejuang, syurga selalu menjadi idaman. amal-amalan sebagai tebusan. dakwah sebagai perjuangan. Jihad sebagai jalan pengorbanan. perfect...

Alangkah bahagianya saat keimanan selalu berada pada titik aman. titik kulminasi yang membuat ibadah kita terasa nikmat. hidup tidak terasa penat. amal dakwah pun tak pernah lelah. semakin bergairah. dan terus bergairah.

Namun, kala diri sedang lemah, lesu tak bergairah. beramal pun tak terasa nikmat. ketika susah selalu berkeluh kesah. ketika diberi amanah selalu berada di posisi yang ‘kalah’. Mungkin itu fitrah. fitrah kita sebagai manusia. Mungkin juga setiap kita pernah merasakan pada posisi itu. posisi yang serba sulit. posisi iman yang sedang ‘sakit’.

Hmmm....

Malam senyap. mushola tak bertuan atau mungkin tuannya yang sedang tak nyaman. hampir tak ada suara. hanya merdunya suara rintik hujan. gemericiknya seperti nyanyian malam bernilai seni. hanya ‘sabda’ alam yang terdengar. bergemuruh. bertasbih. memuji keagungan Sang Pencipta. Sang Pencipta malam. Sang Pencipta alam. Rintihan semilir angin menyayat kulit. menusuk tulang. dingin terasa. Gelapnya malam, sungguh sempurnalah kesenyapannya. malam ini benar-benar malam yang senyap.

Sekali waktu, diri kita sangat butuh nuansa kesenyapan. sunyi. hanya suara hati yang berbicara. berinteraksi dengan Sang Pemilik hati. Sang Pemilik jiwa. Senyap sejenak, agar jiwa kita mampu meresapi kelemahan, merenungi kelalaian, mengevaluasi setiap amalan dan menentukan langkah selanjutnya menapaki efisode kehidupan. Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)... (QS. Al Hasyr: 18). Rasulullah saw pernah melakukan hal yang sama. Menjauhi keramaian, uzlah dan ber-khalwat dengan Rabb-Nya di sebuah Gua sunyi nan senyap. Puncak perenungan luar biasa nan dahsyat Rasulullah saw adalah saat Allah swt menurunkan wahyu pertama. petunjuk. solusi dari apa yang menjadi kerisauannya. kerisauan tentang umatnya.

Banyak hal yang harus direnungkan secara mendalam. sangat dalam. sampai tak ada celah untuk uzub. bangga diri. diri yang tak henti melakukan kesalahan. kesalahan sama. diri yang sering lupa akan karunia dan nikmat-Nya. diri yang sering lalai menjalankan amanah. Atau betapa yang sering kita mengarahkan telunjuk kepada orang lain ‘itu salah dia!’, tapi jarang sekali mengarahkannya pada diri kita ‘ya, itu salah saya!’

Mengingat kembali target jangka pendek. menengah. dan target jangka panjang yang sudah dirancang. Evaluasi kerja akhir pekan, akhir bulan, laporan sempurna. tanpa cacat. bekerja lebih profesional.

Dakwah. tarbiyah dzatiyah. halaqoh muntijah. pengokohan kualitas diri. memperdalam keilmuan. Capaian tilawah. qiyamullail. sedekah dan amalan yaumi lainnya.

Nikah. “sempurnakan separuh kehidupan”. kapan? hmm... jika sudah layak, maka 3B –berusaha, berdo’a, bercermin- atau sebelum itu, mampukah menjawab pertanyaan “seberapa pantas kita untuk dirinya?” itu saja. Allahu’alam... semoga bermanfaat.

malam senyap di sebuah surau

al-faqih

Tidak ada komentar: