Selasa, 25 November 2008

Dinamisasi Dakwah Kampus

“...Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri... ” (QS. Ar Ra’d: 11)
Da’wah kampus merupakan bagian dari da’wah ilallah yang menggunakan serangkaian metode dan aplikasi (kegiatan) da’wah dengan tujuan agar masyarakat kampus/civitas akademika sadar dan mengetahui nilai-nilai islam secara menyeluruh (syamil), yang kemudian tergerak untuk menerapkan nilai-nilai islam tersebut. Hal yang telah terjadi hari ini adalah banyak masyarakat (ummat) yang hanya memahami islam secara parsial. Sehingga mengakibatkan berkembangnya frem bahwa menjalankan kehidupan yang Islami itu hanya cukup dengan melaksanakan ibadah ritualitas saja dan menyampingkan ibadah ghairu mahdhoh.
Hal ini tentu menjadi tantangan bagi para Aktivitas Da’wah Kampus (da’i kampus), yang harus bisa me-marketisasi da’wahnya (Jazabiyah da’wah) dengan baik agar mampu mengubah frem yang berkembang dilingkungan kampus tentang ajaran Islam.

Bagaimana kita berda’wah dikampus?
Ø Bergerak dengan Al Qur’an & As Sunnah
Ketika berda’wah, seorang da’i kampus harus memahami dan mengikuti metode da’wah dalam Al Qur’an dan sunnah Rosulullah saw., (sebagai qudwah).
Firman Allah swt., tentang da’wah
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. An Nahl 125)
Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru akan berbuat ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah...” (QS. Ali Imron 110)
Sabda Rosulullah saw., tentang metode da’wah
Barangsiapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah ia dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika itu juga tidak mampu maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)

Ø Memahami Urgensi Pembinaan (Ahamiyyatu At Tarbiyah)
Tidak ada da’wah yang tidak berdasarkan manhaj (sistem) tertentu, maka seorang da’i kampus harus mengkaji dan memahami tentang sistem apa yang cocok bagi masyarakat kampus. Dan sampai hari ini tidak bisa dipungkiri bahwa tarbiyah (mentoring) merupakan salah satu bentuk sistem yang efektif dalam upaya mewujudkan masyarakat Islami. Alasannya, manhaj ini sesuai dengan petunjuk yang disampaikan Allah swt dalam Al Qur’an (tazkikyatun nafs, ta’alamal qur’an wal hikmah) dan sunnah Rosulullah saw. Sejarah telah mencatat bagaimana tarbiyah yang dilakukan Rosulullah saw telah melahirkan generasi yang mampu mengubah peradaban dunia (dari jahiliyyah menjadi khoiru ummah) serta tercapainya puncak kejayaan islam yang bisa dipertahankan sampai berabad-abad lamanya. Mereka adalah generasi hasil tarbiyah yang telah memilki kekokohan prinsip, kesahihan ibadah dan kemuliaan ahlaknya. Ada suatu ungkapan dari seorang ulama tentang Mentoring, beliau mengungkapkan “ada hal-hal yang tidak bisa kita dapatkan dilautan, tapi bisa kita dapatkan disungai yang kecil” artinya mentoring memang majelis ilmu dengan lingkup yang kecil, tapi ketika kita mengikuti mentoring maka kita bisa mendapatkan sesuatu yang tidak bisa kita dapatkan pada saat mengikuti ta’lim, tabligh, seminar atau ceramah umum lainnya. Didalam mentoring agenda-agenda seperti: tilawah, saling men-tausiyahi, penyampaian materi keislaman, saling me-muhasabah, diskusi (share) serta saling memelihara nilai-nilai ukhuwwah. Itulah yang kemudian menjadi salah satu alasan mengapa para da’i kampus harus mengikuti tarbiyah ruhiyah dengan sistem mentoring tersebut. Selain itu, mentoring juga memiliki orientasi yang jelas sebagai sarana islah/perbaikan diri (ibda bii nafsi) dan metode efektif untuk Islamisasi masyarakat (da’wah sya’bi).

Ø Keteladanan dalam berda’wah “Supermasi Ahlak
Sungguh, apabila mengkaji lebih dalam (radik) tentang qodhoya utama gerakan da’wah kampus, maka kita akan mendapatkan faktor-faktor penghambat da’wah perkembangan da’wah itu sendiri, diantaranya adalah ketidakmampuan para da’i kampus menjadi qudwah dilingkungannya (baik dikampus maupun dimasyarakat). Padahal sering kita mendengar tentang bagaimana tarikh Rosulullah saw dalam menyampaikan da’wahnya yang penuh dengan hikmah, halus dan sangat menyentuh qolbu. Dan perlu dijadikan ibroh bagaimana kisah Rosulullah saw berda’wah kepada seorang kafir quraisy yang setiap hari selalu meludahi dan mencaci maki beliau ketika hendak berangkat ke masjid. Tapi apa yang kemudian beliau lakukan ketika mendapat perlakuan seperti itu, ternyata beliau tidak marah ataupun membalasnya dengan hal serupa, tetapi beliau menunjukan ahlak yang begitu mulia yang pada akhirnya kemudian menjenguk kafir quraisy itu ketika ia sedang sakit. Bagaimana dengan kita?. Pada hakikatnya banyak sarana bagi da’i kampus untuk berda’wah dengan keteladanan (qudwah). Mulai dari aspek akademik (rajin kuliah, IPK tinggi), cara bergaul: lisan yang baik (tidak arogan), fisik yang rapih dan sehat (tidak kucel), ahlak yang baik (sesuai muwwashofat da’wah) dan nilai-nilai islam lainnya yang bisa diterapkan disetiap aktivitasnya.

Ø Meningkatkan Minat Membaca “Iqro-man
Mengapa da’i kampus harus banyak membaca!? Alasan utamanya: Seiring dengan perkembangan tantangan da’wah yang semakin hari semakin menuntut da’i kampus untuk memiliki kekuatan ruhiyah dan fikroh yang baik. Kondisi ruhiyah yang baik akan menentukan tingkat hamasah berda’wah dan kondisi fikroh yang bagus akan menentukan kemampuan da’i kampus dalam menganalisis da’wah secara keseluruhan.
Apa saja yang harus dibaca oleh seorang da’i kampus?
· Al Qur’an (:meningkatkan kekuatan ruhiyah)

Sebagai salah satu sarana tarbiyah dzatiyah, Al Qur’an harus menjadi sahabat terdekat bagi setiap mukmin (da’i kampus), karena ketika da’i kampus sering berinteraksi dengan Al Qur’an maka efek yang terjadi adalah keimanannya akan terus meningkat (QS. Al Anfal: 2). Oleh karena itu, Al Qur’an juga bisa dijadikan sebagai indikator kualitas keimanan seorang mukmin (termasuk da’i kampus), apabila seorang mukmin mampu berinteraksi dengan Al Qur’an secara intensif (berlama-lama dengannya) itu menandakan kualitas keimanannya baik (QS. Al Baqarah: 2). Perlu dingat bahwa peningkatan aspek ruhiyah merupakan suatu keniscayaan bagi seorang da’i kampus dalam menapaki jalan da’wah yang sangat panjang dan ‘melelahkan’.

· Buku Tsaqofah Islamiyah (:meningkatkan daya analisis)
Problematika da’wah kampus yang semakin kompleks dan secara tidak langsung juga telah menuntut para da’i kampus untuk bisa memecahkan problematika itu. Sehingga dibutuhkan kemampuan (kompetensi) yang lebih untuk dapat menganalisis dan memecahkan setiap problematika da’wah, itu memang sulit tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Da’i kampus juga dituntut untuk selalu berpikir ‘cerdas’ dalam menghadapi problematika da’wah, sehingga diharapkan mampu menciptakan solusi ‘cerdas’ pula terhadap problematika tersebut. Semua bisa diwujudkan apabila para da’i kampus memiliki wawasan komprehensif tentang da’wah itu sendiri. Dan wawasan akan semua itu bisa didapatkan dengan salah satu metode tsaqofi yaitu memperbanyak membaca buku-buku referensi da’wah. Adapun buku-buku yang penting dibaca para da’i kampus adalah yang berkaitan dengan sistem manajemen da’wah kampus (minhajul da’wah thulabiyah), sistem pembinaan dan kaderisasi (minhajul ar rijal ad da’wah), sistem penjagaan dan pengembangan (minhajul ar ri’ayah wa at tanmiyah).

Wallahu’alam Bish-showwab. Allahumasta’an....Ana Aqulu.

2 komentar:

Penjara Suci mengatakan...

Berda'wah itu memiliki sensasi rasa seni tersendiri. menikmatinya dengan jiwa yang dalam, akan menambah kenikmatannya. Tulisannya bagus! Ditambah dong..!

Abu Hijaz mengatakan...

Derap-derap langkah dalam da'wah, selalu saja menorehkan cerita hikmah tersendiri. Terbalut dalam Himmah, Hamasa, dan Iraadatul 'ulya, semuanya menjadi laksan kasturi. Syukran Akh, tulisannya. Mengispirasi..